Monday, 5 May 2014

MGMT09 Holiday

Satu lagi cerita seru yang telat dipost. Tapi post kali ini agak dramatis sejarahnya karena sebetulnya draft-nya udah diketik dua kali dan dua-duanya raib; pertama karena lupa disimpan, kedua karena lupa dicopy sebelum laptop diinstal ulang. Hmm, baiklah ya, yang sudah yasudahlah. Lanjuut!

Jadi, tanggal 29-30 Maret yang lalu, kami anak-anak Manajemen UB 2009 pergi liburan bareng-bareng ke Villa Bukit Danau, Cipanas, Puncak. Ini jarang-jarang pada bisa ngumpul bareng lumayan banyak karena semua udah sibuk sama kegiatannya masing-masing. Tapi alhamdulillah kemarin sekitar 30-an orang bisa ikut dan seru-seruan bareng.

Pagi hari tanggal 29 Maret, harusnya janjian kumpul jam 6 di depan kampus. Tapi kenyataan di lapangan, baru pada ngumpul jam setengah 8 dan jalan sekitar jam 8 dari Jakarta. Karena lumayan banyak yang ikut, jadi berangkatnya dibagi-bagi di beberapa mobil. Karena macet di tol, jadi panitianya bikin lomba foto selfie berdasarkan grup mobil masing-masing, nanti fotonya diupload di Path dan banyak-banyakan love. Waktu itu saya semobil sama Hesti, Lisana, Aryo & Friendly. Diantara kami berlima, yang punya Path cuma saya sama Hesti thok, itupun ga eksis dan temennya sedikit.Tapi, kenyataan pahit bahwa kami ga mungkin menang itu ga menyurutkan semangat dan kenarsisan kami untuk tetep foto-foto, hahaha. Apalagi hawa mobil Aryo lagi panas dan gerah karna macet bikin AC mobil jd ga optimal, jadi yaudah deh daripada garing kepanasan ga ada kerjaan mending kita foto-foto aja, yuk mari. Kebetulan Hesti jadi 'bendahara' dan pegang uangnya anak-anak, jadilah uangnya dijadiin properti buat foto.




Sekitar jam 12, kami berlima udah sampai Puncak dan mampir ke Masjid At-Taawun untuk solat Dzuhur terus nongkrong sebentar minum wedang ronde & teh manis. Jam 1 kami udah sampai di Villa Bukit Daun, dan ternyata memang villanya kece-kece gimana gitu. Jadi kompleks villanya itu dibuat mengelilingi danau buatan yang ada disitu. Jadi viewnya adem, kita bisa ngeliat danau dan orang-orang yang asyik ngedayung kano.





Acara dari siang sampe sore itu bebas. Jadi yang mau makan dulu boleh, panitia udah ngebeliin nasi padang buat makan siang. Yang mau goler-goleran di karpet, main hape, tidur siang, terserah seenaknya wae pokoknya mah. Tapi khusus buat saya, Fara dan Hesti, agenda siang itu adalah nyuci dan ngungkep ayam potong yang tak terhingga banyaknya. Sampe kerut-kerut jari tangannya karena kelamaan berendem di baskom ayam, tapi gapapa demi makan malam yang sedap dan aduhai hahaha.




Sehabis solat maghrib, karena ceritanya temanya malam itu adalah "MGMT09 road to World Cup", jadi semua udah pada cakep-cakep pake baju jersey masing-masing dan siap untuk makan malem bareng. Menunya tidak lain dan tidak bukan adalah ayam goreng dan spaghetti bolognese. Walaupun ga nyambung makan spaghetti pake ayam goreng (plus lupa beli garpu plastik jadi makannya pake sendok plastik), yang penting enak dan ngenyangin.




Habis makan malem, agenda selanjutnya adalah main games. Game pertama dipandu sama Ghina, lupa nama game-nya apa, yang jelas mirip mirip eatbulaga di mix sama tebak kata gitu. Jadi di babak penyisihan setiap kelompok dibagi jadi dua, sebagian jadi tim peraga dan sebagian lagi jadi tim penebak kata. Kelompok yang lolos bisa lanjut ke babak selanjutnya dan tebak kata lagi, tapi ala ala eatbulaga dengan "iya-bukan-bisa jadi"-nya.

Game kedua dipandu sama Shinta dan Adhit Apriliano, nama game-nya "How M09 are you?". Game ini super menguras otak dan ingatan dengan pertanyaan-pertanyaannya seputar kegiatan yang sudah dialami sama anak-anak M09 selama kuliah, maupun printilan-printilan yang trivial tapi bikin gregetan. Contoh pertanyaannya macem "Tanggal berapa kita outbond?" "Dimana kita buka puasa bareng pertama kali?" atau "Sebutin mata kuliah semester 1 berikut jumlah SKS-nya". Amsyong deh pokoknya buat orang-orang dengan short memory syndrome macem saya. Tapi ajaibnya saya bisa masuk final yah walaupun akhirnya ga menang juga, hahaha.

Game terakhir dipandu sama saya, Fara, dan Icha yang baik banget mau bantuin siap-siapin properti buat main. Gamenya adalah makan secara estafet secepat-cepatnya. Jadi ada telor rebus, pop mie, ice cream, air putih, dan cola yang harus dimakan secara estafet alias berurutan sama masing-masing anggota kelompok. Satu orang makan satu jenis makanan, dan karena anggotanya ada 6 per kelompok, satunya lagi jadi tong sampah alias bantuin temennya yang udah keliatan eneg hahaha. Super kacau, ricuh, dan berantakan. Meja jadi bau amis dan basah, trus juga si Fenny sampe makan telor sekulit-kulitnya saking parnonya bakal kalah cepet catatan waktunya dibanding kelompok lain.

Selesai games, acaranya udah bebas lagi, ada yang masih ngobrol-ngobrol atau main kartu di ruang tengah, ada yang langsung collapse dan masuk ke kamar, ada juga yang ngopi-ngopi dan curhat-curhat cantik seputar jodoh dan masa depan, hahaha.

--story update -  Day 2--

Our second day trip started not so early. People was exhausted after playing games and chit chat-ing so maybe it made them collapse and sleep like hibernating chipmunks. But somehow, I was rising early and cannot sleep anymore after did Fajr prayer. I always wake up early every time I sleep with other people, especially when I am in a trip (when I don't sleep on my own bed). I don't know why and I find it strange since I always do the opposite when I sleep alone on my bed. I can even sleep like for 12 hours haha. My body knows the concept of "personal branding" a.k.a. "pencitraan" very well haha.

I slept with Hesti, Fenny, and Lisana in 2nd floor room, and all of us woke up early and cannot go back to sleep, so we decided to go wandering around the house, taking photos, and end up in kitchen because we were hungry. Other girls were still in a deep sleep, when we started munching our breakfast. Some boys were awake and gathered in kitchen as well. Hungry-ness makes us unite, haha. At the end, we continued cooking and started to prepare the breakfast for others. As time went by, people were awake and more girls gathered in kitchen. We were making sandwich for breakfast together, yeay.

--- By the way, at this exact point, saya baru inget kalo post day 1 pake bahasa Indonesia, duh... Should I continue using English? Hmm.. I don't think so, haha. Okay people, please just pretend that you switch the language subtitle right now on three.. two.. one.. aaand..... halo semuanya! Mari kita lanjutkan ceritanya, selamat menyimak haha ---

Setelah pada bangun tidur, mandi, dan sudah cantik-cantik ganteng-ganteng, semua pada kumpul di ruang tengah. Beberapa yang lain sibuk nyiapin sarapan dan sebagian lainnya main games, nonton TV, atau leha-leha di ruang tengah. Basically, we did nothing on this morning, cuma ngumpul-ngumpul di ruang tengah, heboh main kartu di ruang tengah atau heboh ngobrol di kamar (saya sendiri heboh tidur lagi abis mandi, karena ngantuk cyin). Abis selesai haha hihi, kita siap siap packing dan go.

Di depan villa sebelum kita bener-bener berangkat, pada asyik berselfie, groufie, dan foto-foto. Ceritanya kan mengabadikan kenangan gitu yes.








Monday, 21 April 2014

Me & My Fruitful Day


This is a story about what happened in my life on April 10, 2014. Di hari itu, hari Kamis tanggal 10, saya pagi-pagi sudah mandi dan bersiap untuk berangkat ke Dispora Bandar Lampung untuk mengikuti proses seleksi salah satu program yang diadakan oleh Kemenpora. I’m not gonna tell you deeper about what the program is about, I’m just gonna write my experience during that selection program. It’s gonna be a super long post, so don’t say I didn’t warn you from the beginning J

Awal mulanya, sebelum tanggal 10, saya sudah daftar untuk mengikuti  program ini dan melengkapi semua persyaratan berkas yang diminta, dari mulai formulir, essay, sampai SKCK  (perjuangan juga lho ternyata bikin SKCK; kantor kelurahan – rumah Pak RT – kantor kelurahan lagi – baru ke kantor polisi). Setelah lengkap semua berkasnya, saya berangkat ke Dispora dan mendaftar pada tanggal 7. Saat menyerahkan berkas,  saya ada di urutan ke 36 dan itu sudah hari terakhir. Waktu itu yang langsung kepikiran di otak saya, ‘wah berarti saingannya ga banyak-banyak banget nih, alhamdulillaah’.

Sehari kemudian (08/04), pengumuman peserta yang lolos seleksi berkas diumumkan. Saya sih ga merasa dag-dig-dug di tahap ini, karena toh yang diseleksi hanya berkasnya dan saya merasa berkas saya sudah lengkap. Ternyata benar, nama saya ada di list yang lolos ke tahap selanjutnya (beserta nama sebagian besar peserta lainnya yang berkasnya juga lengkap *yaiyalah*). Karena nama saya Annisa dan ada diurutan atas karena disusun berdasar abjad, saya ga liat-liat lagi nama-nama peserta lainnya yang ada di bawah-bawah saya. Saya sibuk latihan main cetik (alat musik tradisional Lampung) dan bingung mau pake baju apa waktu tes tertulis dan wawancara di tanggal 10.

Tuesday, 8 April 2014

Reflection

I’m kinda tired of people questions about my life lately. People really should learn how to ask more appropriate question and stop bothering others business. Cynical questions like “Graduate already? Ah, just staying at home now?” or “Ah, so you haven’t got job? Just be patient, you will get it soon”. (OK, actually the second questions would be such a sweet and caring question IF it’s said by people who really care about us, here I’m talking about 180 degree different person, they just pretend as if they care while they actually don’t). C’mon dude, working in a big company isn’t the only way to earn money, and hey it’s rude.

I am cool as a cucumber and I love living my life like this at the moment, so why bother? Of course sometimes I worry about my future, but hey, who don’t? What we see ain’t what it really seems. You cannot say that others are just lying in bed and doing nothing for their life, just because they aren’t going to the office from Monday to Friday (or even Saturday, uh oh) like you do. It’s unacceptable to look others down and think they are suffering in life, just because they don’t wear office attire and hang out at pricey cafĂ© like you do. Some of them may even earn more money than you do, but oops, that’s not my point. What I’m trying to say is that we have to stop measuring people’s success by money, because money is not the only measure of success in life. There are things that matters more than money. For instance, happiness and satisfaction. So, instead of asking “where do you work now? Does it pay you well?” and blah blah blah, you can try to ask more reasonable questions such as “Are you happy?” “Do you love your job?” “Do you enjoy what you are doing?”

And oh, do you know? We actually don’t need to measure anyone’s success before we measure ours, so try to reflect and ask those questions to yourself first before wondering about somebody’s life. AM I happy? DO I enjoy my job? DO I enjoy what I am doing?

We never even lick others' Popsicle of journey, so we barely know how it taste. Since everyone has their own Popsicle, you better enjoy yours and stop bothering. Ciao.

Friday, 13 September 2013

Friday Shopping

 


Went shopping to Tanah Abang with my Aunty today. One of my monthly routine activity, I could say. But don't judge! We don't (only) purchase goods for ourselves, but we purchase goods in order to sell it again. My aunty usually re-sells all the goods she bought here to her friends at her office in Lampung. Me? No I don't re-sell, I just accompany my aunty and be a helpful niece, and usually I would get freebies afterwards, haha. Hard work never betrays, right? :p

Today, I saw a cleaner-and-more-well-organized Tanah Abang. No more street vendors as it has been cleared up and relocated to Blok G. I could barely see the result, the street was waaaay more neat--no more street vendors occupy the road, many Satpol PP guard the area, and the most important thing is: no traffic congestion!! Kudos Pak Jokowi and teams, I like your great great job soooo much *two thumbs up*. 

Shopping here usually makes my feet stiff, but however I like it cause I can see beautiful clothes, force me to do some work-out (you know that Tanah Abang consists of so many block and floors, right?) and I can update my knowledge of fashion trends as well. You know that fashion trend changes so fast, no? There were Manohara blouse and Syahrini Kaftan era, but today it becomes Ayu Ting Ting praying dress era, hahaha. Btw, today I saw several people brought their suitcase along while shopping. Yes, yes, that same suitcase we use to bring our clothes while going on holiday. Exactly. I had no idea why they do that, but then, after looking at those ultra heavy plastic bags... I think that's not a bad idea after all.

Oh-so-HEAVY

Wednesday, 20 March 2013

Safari Park


Last Saturday (9/3) I together with Chely, Bahi, Fajar, and Vino went to Safari Park, Bogor. We spent a   whole day there, but unfortunately it was a rainy day, so some of the animals were just sitting down and even sleeping. But we were still happy anyway! So refreshing and  exciting! Mammals, Birds, Reptils, Amphibians... every animal was cute and amazing.

If you are 6 year-old or older and want to pay a visit , you have to pay IDR 140.000 per peson; if you are 5 y.o. or younger, you just have to pay IDR 130.000. Go there by car? you have to payIDR 15.000 for your car, or IDR 5000 if you go by motorcycle.

Friday, 15 March 2013

Entschuldigung

Di kantor, beberapa jam sebelum jam pulang karyawan.

Pak Ahmad—salah satu staff di divisi tempat saya magang—bercerita soal keikhlasan dan kaitannya dengan kesehatan manusia. Setau saya, beliau memang dikenal bisa dan biasa mengobati orang dengan cara memijat dan membimbing “pasiennya” untuk mengingat Tuhan, berdoa menyebut nama Allah dan berusaha ikhlas dan pasrah akan segala sesuatu yang dihadapi. Usut punya usut, banyak teman-teman karyawan yang mengakui bahwa metode tersebut terbukti manjur dan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit yang mereka dirasakan.

Menurut beliau, kunci untuk sehat itu mudah, mengingat Tuhan, memohon ampun, berpikir positif, berprasangka baik, dan memperbaiki tali silaturahmi dengan sesama manusia, terutama orang-orang terdekat kita. Beliau bercerita, pernah suatu ketika beliau bertemu dengan seorang ibu yang mengeluhkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh walaupun telah berobat berkali-kali. Saat itu, beliau hanya memberi satu anjuran kepada ibu tersebut, “Coba ibu meminta maaf kepada suami”. Si ibu membela diri dan berkata bahwa dirinya sudah sering meminta maaf kepada suaminya. Lalu beliau menjawab, “coba kali ini, meminta maaflah dengan hati”.

Apa tuh meminta maaf dengan hati? *batin saya dalam hati*

Sunday, 27 January 2013