Selesai mengikuti Indonesia International Week 2011 yang diadakan oleh ISAFIS kemarin, saya dapat banyak pengetahuan dan pengalaman baru, dan pastinya juga teman-teman baru. Baik yang produk lokal, maupun produk impor asal Eropa dan bahkan ada yang made in China.
Tapi yang mau saya share sekarang adalah, produk-produk lokal teman-teman baru asal Indonesia yang punya semangat tinggi untuk menjalin koneksi dan ikut terlibat dalam pergaulan internasional, dan dengan kemampuan komunikasi menggunakan bahasa Internasional yang juga sudah tidak diragukan lagi. sehingga mereka memang memiliki apa yang disebut dengan capability.
Siapa mereka? Mereka adalah teman-teman ISAFIS yang saya kenal saat ikut acara IIW kemarin.
Bertemu mereka, seperti menemukan sebuah komunitas baru, dimana "ritual-pergi-ke-luar-negeri" adalah hal yang biasa (tentu tujuan utama perginya tentu bukan dalam rangka liburan atau jalan-jalan ya). Sebagian besar dari mereka, rata-rata sudah pernah menginjakkan kakinya di negeri orang, entah untuk ikut simulasi sidang PBB atau yang biasa disebut Model United Nation, atau mengikuti International Week, dan mungkin kegiatan-kegiatan lainnya yang saya tidak tahu.
Kagum? Pasti. Berkenalan dengan mereka, seperti mendapat energi positif dan motivasi yang intinya "Mereka aja bisa, kenapa kamu engga?"Obrolan saya dengan salah seorang teman, sedikit menyadarkan saya akan satu aspek lagi yang kemarin sempat 'ketinggalan' dari pikiran saya, seputar "pergi-ke-luar-negeri".
Saya: "Hebat ya mereka, udah kemana-mana."
Si teman: "Bukan hebat, yang benar itu mereka kaya-kaya. Lo juga bisa pergi kok, asal ada duitnya."
Well, omongan teman saya itu emang ga salah. Saya hampir saja melupakan satu aspek penting yang memang punya pengaruh cukup besar. Yap. Financial Aspect. Memang, tidak semua acara-acara internasional yang ada itu berbayar, ada juga kok yang gratisan.
Si teman: "Kalaupun gratis, seenggaknya lo perlu keluarin duit lah untuk tiket sama visa"
Lagi-lagi omongan teman saya ini ada benarnya juga. Kalau disuruh nambahin, yah seenggaknya juga, kalaupun tiket, visa, dan bla bla bla lainnya pun ditanggung pihak penyelenggara, lo tetap harus bawa uang saku untuk jaga-jaga.
Obrolan saya dan Si teman bukan bermaksud untuk meremehkan mereka. Sampai sekarang, saya masih kagum dengan teman-teman baru saya tersebut, dan saya yakin Si teman pun juga sama. Kami cuma sedang melihat dari sisi seorang realis, bahwa uang tetap diperlukan, dan punya peranan signifikan.
Obrolan saya dan Si teman pun pada akhirnya berakhir dengan satu konklusi yang kurang lebih intinya begini:
'Selain pinter, lo juga musti punya uang. Kalo lo pinter tapi ga ada uang, ya susah juga. Dan kalo lo punya uang tapi ga pinter, ya ga bisa juga.'
Punya uang yang kami maksud bukan berarti harus jadi anak orang kaya. Karena sebenarnya ada banyak cara untuk 'punya uang', dan pergi keliling dunia untuk mengikuti acara-acara internasional tersebut. Contoh gampangnya, cari pihak sponsor yang mau membiayai kegiatan kita. Bisa pihak kampus, atau pihak mana saja yang kira-kira potensial.
Mungkin, akar yang paling penting yang harus dipunyai adalah kemauan. Karena, seperti banyak pepatah bilang, kemauan adalah kuncinya. Misalnya, ada pepatah yang bilang "dimana ada kemauan, disitu ada jalan", atau pepatah arab yang bilang "Man Jadda Wa Jada" (Siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang berhasil).
Asal kita punya kemauan dan sungguh-sungguh, saya yakin sebenarnya semua juga bisa. Kemauan mulai dari cari infonya, apply registration-nya, bikin essay-nya, cari sumber biayanya, dan semua semuanya.
Dan teman-teman baru saya tadi, menurut saya mereka punya kombinasi yang pas akan segala aspek yang dibutuhkan, sehingga mereka bisa mendapatkan apa yang disebut dengan "kesempatan". dan tidak semua orang bisa punya kesempatan, karena itulah saya kagum.
So, glad to know y'all, congratulation for all the accomplishments, and thanks for making me being motivated. :)
1 comment:
yea, I remember this conversation. :D
Post a Comment