Sunday, 16 January 2011

Buat kamu, Si Tanpa Tanda Jasa


‘Lho, kenapa kita harus ketemu lagi sih?’ itu pertanyaan pertama yang muncul di otak aku sehabis masuk kuliah hari pertama di semester dua ini. Perasaanku campur aduk waktu aku ngeliat kamu lagi, ada di kelas lagi. Aku pikir hubungan kita udah berakhir di semester satu. Berakhir dengan kurang baik tepatnya.
… Aku kurang cocok sama kamu dan kamu pun saat itu (menurut aku) kurang perhatian sama aku. Menurut aku, kamu menuntutku terlalu banyak dan aku nggak bisa memenuhi semua keinginan kamu. Sedangkan, mungkin menurut kamu, aku terlalu malas. Malas untuk bisa memahami kamu dan apa yang sudah kamu coba sampaikan ke aku. Ya, kamu memang  sudah menyampaikan semua yang kamu harapkan padaku. Tapi yaa, aku kan cuma manusia biasa, dan kamu selaluuu minta aku untuk jadi luar biasa. Untuk jadi yang sempurna. Kamu tau ngga? aku udah coba dan usaha untuk jadi apa yang kamu pinta saat itu. Jungkir balik buat menuhin kemauan kamu. Tau ngga sih kamu? Haah, tau nggaaa? Ah, udahlah ya… kamu pasti ngga bakalan tau. Gimana kamu mau tau kalo kamu jarang banget mau dengerin pendapat aku?
Tapiiiiiiiiiiiii, sebenarnya dibalik sifat perfeksionis dan sifat idealis kamu –yang bikin aku kesel, kamu punya selera humor yang tinggi. Saat kita bertemu, kamu selalu mengeluarkan guyonan guyonan andalan kamu. Dan aku tertawa, hahaha, bahkan saat kamu mengeluarkan guyonan yang sebenarnya ngga lucu sekalipun, aku tertawa. Atau saat kamu mengulang guyonan yang sama dengan yang kamu katakan minggu lalu, aku tetap tertawa. Kamu tau kenapa aku tertawa? Karena aku berusaha untuk menghargai kamu. Selaluu mencoba untuk menghormati kamu. Agar kamu tidak tersinggung atau pun merasa malu.
Hubungan kita berjalan selama kurang lebih lima bulan, dengan semua kekurangan aku dan ke’complicated’an-mu. Dan di akhir hubungan kita, lagi-lagi aku hanya bisa memberikan kekecewaan buat kamu. Dengan ke’pas-pasan’ku, aku susah payah mengejar maumu dan semua yang kamu tuntut untuk aku lakukan. Tapi hasilnya? Ya itu tadi, NGEPAS buat kamu. Dan kamu pergi dari kehidupan aku tepat saat semester satu usai. Sejak saat itu aku ngga pernah ketemu kamu lagi. Kita ngga pernah berhubungan lagi. Kamu juga sudah ngga pernah keliatan di kampus. Lalu aku pun pulang ke daerah asalku selama satu bulan libur semester, dan aku ngga pernah tau kabar kamu lagi.
Ada rasa penyesalan sih yang masih tinggal. Kenapa ya aku ngga berusaha untuk jadi seseorang yang lebih baik di mata kamu. Setidaknya walaupun kita harus berpisah, kita pisah tanpa oleh oleh kekecewaan dari aku. Tapi ada rasa enggan juga untuk ketemu kamu lagi, rasanya sudah cukup lima bulan bareng bareng kamu, rasanya aku ngga sanggup kalo harus balik ke keadaan seperti itu lagi.
Dan sekarang, betapa kagetnya aku saat aku lihat kamu ada di kelas pagi ini. Kelas yang sama denganku (lagi). Katanya kamu akan pindah ke kelas lain? Ke kelas yang ngga ada aku-nya? Tapi kenapa kamu ada lagi? Berarti (setidaknya) selama satu semester ke depan, kita bakal bareng di satu kelas lagi? Sama sama kamu lagi untuk satu semester ke depan? Apa aku bakal kuat? Apa aku bisa menjadi aku yang lebih baik di mata kamu? Kenapa kita harus ketemu lagi? Aku harus gimana? Kenapa sih kamu ada di sini lagi? Kenapa, kenapa, kenapa, kenapaaaaa? AKU BINGUNG.
Dan satu lagi, kamu sudah berubah belum sih?
Oh, oke. Untuk pertanyaan terakhir aku tadi, aku bisa menemukan jawabannya sendiri. Jawabannya ada di depan mata aku. Kamu belum berubah. Kamu masih sama seperti yang dulu. Terbukti dengan setumpuk tugas yang kamu kasih sama aku (dan teman teman sekelasku) padahal baru pertama di saat hari pertama kita tatap muka lagi. AKU JAMIN KAMU BELUM BERUBAH! Kamu dan dua bersaudara yang sangat kamu cintai –dan kamu kuasai tentunya. Yang kamu perkenalkan kepadaku di satu tahun pertamaku berkuliah.
MAKROEKONOMI dan MIKROEKONOMI.

*This post is to participate #30HariMenulisSuratCinta. Tapi karena telat mulai, hari ini mau post 3 surat sekaligus. This is the first. Thank you :)

No comments: