Friday 15 March 2013

Entschuldigung

Di kantor, beberapa jam sebelum jam pulang karyawan.

Pak Ahmad—salah satu staff di divisi tempat saya magang—bercerita soal keikhlasan dan kaitannya dengan kesehatan manusia. Setau saya, beliau memang dikenal bisa dan biasa mengobati orang dengan cara memijat dan membimbing “pasiennya” untuk mengingat Tuhan, berdoa menyebut nama Allah dan berusaha ikhlas dan pasrah akan segala sesuatu yang dihadapi. Usut punya usut, banyak teman-teman karyawan yang mengakui bahwa metode tersebut terbukti manjur dan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit yang mereka dirasakan.

Menurut beliau, kunci untuk sehat itu mudah, mengingat Tuhan, memohon ampun, berpikir positif, berprasangka baik, dan memperbaiki tali silaturahmi dengan sesama manusia, terutama orang-orang terdekat kita. Beliau bercerita, pernah suatu ketika beliau bertemu dengan seorang ibu yang mengeluhkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh walaupun telah berobat berkali-kali. Saat itu, beliau hanya memberi satu anjuran kepada ibu tersebut, “Coba ibu meminta maaf kepada suami”. Si ibu membela diri dan berkata bahwa dirinya sudah sering meminta maaf kepada suaminya. Lalu beliau menjawab, “coba kali ini, meminta maaflah dengan hati”.

Apa tuh meminta maaf dengan hati? *batin saya dalam hati*

Jadi, menurut beliau, meminta maaf dengan hati itu bukan sekedar lisan kita berkali-kali mengucap kata maaf atau sorry atau mian hae atau afwan atau apapun itu bahasanya. Melainkan satu buah permintaan maaf yang “Hey, I really mean it”; sungguh-sungguh dan diikuti rasa ikhlas. Kata beliau lagi, kalau bisa setelah minta maaf, kita minta orang tersebut membacakan surat Al-Fatihah untuk kita (mungkin ini sebagai bentuk keikhlasan memaafkan dari orang yang kita mintai maaf).

Masih menurut cerita beliau, setelah si ibu tersebut meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada suaminya, penyakitnya membaik. I know maybe some of you think this is irrasional or sounds like a fairy tale, but the point is, look at the positive side, cleaning your heart is really a good start of everything. Menjauhkan diri dari penyakit hati itu awal yang baik dan mungkin bagi orang-orang yang sudah lebih tinggi level pemahamannya, hal ini bisa mendatangkan kebaikan-kebaikan lain salah satunya ya kesembuhan itu deh.

After he said that, then I asked, “Gimana kalo kita udah benar-benar minta maaf tapi orang ga mau memaafkan kita Pak?”

Beliau menjawab, tugas kita adalah meminta maaf dan memberi maaf dengan tulus, jika orang tidak mau memberikan maaf, itu sudah bukan urusan kita lagi. Bagian terpentingnya, kita sudah melaksanakan niat baik untuk meminta maaf dan mencoba memperbaiki tali silaturahim.

For me, it’s a good point, if someone has sincerely begged for your pardon, I think there is no reason for us not to forgive, since we, ourselves, are also stained with sin. If I may add, yang terpenting (dan yang tersulit), jangan justru yang tidak diberi maaf malah jadi kesel karena ga dimaafin dan akhirnya dengki plus benci satu sama lain. Maybe, this part is one of the hardest part of cleaning your heart and being ikhlas.

No comments: