This is a
story about what happened in my life on April 10, 2014. Di hari itu, hari Kamis
tanggal 10, saya pagi-pagi sudah mandi dan bersiap untuk berangkat ke Dispora
Bandar Lampung untuk mengikuti proses seleksi salah satu program yang diadakan
oleh Kemenpora. I’m not gonna tell you deeper about what the program is about,
I’m just gonna write my experience during that selection program. It’s gonna be
a super long post, so don’t say I didn’t warn you from the beginning J
Awal mulanya,
sebelum tanggal 10, saya sudah daftar untuk mengikuti program ini dan melengkapi semua persyaratan
berkas yang diminta, dari mulai formulir, essay, sampai SKCK (perjuangan juga lho ternyata bikin SKCK;
kantor kelurahan – rumah Pak RT – kantor kelurahan lagi – baru ke kantor
polisi). Setelah lengkap semua berkasnya, saya berangkat ke Dispora dan
mendaftar pada tanggal 7. Saat menyerahkan berkas, saya ada di urutan ke 36 dan itu sudah hari
terakhir. Waktu itu yang langsung kepikiran di otak saya, ‘wah berarti
saingannya ga banyak-banyak banget nih, alhamdulillaah’.
Sehari
kemudian (08/04), pengumuman peserta yang lolos seleksi berkas diumumkan. Saya sih
ga merasa dag-dig-dug di tahap ini, karena toh yang diseleksi hanya berkasnya
dan saya merasa berkas saya sudah lengkap. Ternyata benar, nama saya ada di
list yang lolos ke tahap selanjutnya (beserta nama sebagian besar peserta
lainnya yang berkasnya juga lengkap *yaiyalah*). Karena nama saya Annisa dan
ada diurutan atas karena disusun berdasar abjad, saya ga liat-liat lagi
nama-nama peserta lainnya yang ada di bawah-bawah saya. Saya sibuk latihan main
cetik (alat musik tradisional Lampung) dan bingung mau pake baju apa waktu tes
tertulis dan wawancara di tanggal 10.