Saturday 18 June 2011

Everything Happens For a Reason

Image source: Google

Sering kali saya mengeluh, sedih, dan kecewa waktu keadaan berjalan ngga sesuai sama keinginan. Waktu kelas batal, padahal udah engap lari-lari dari kosan sampe keringetan dan ngos-ngosan; waktu koneksi internet lambat, padahal deadline kirim email tugas tinggal hitungan jari tangan kanan doang; atau waktu laptop nge-hang saat tugas makalah belom di save. Pokoknya, betenya sampe ke ubun-ubun.

Tapi sebetulnya, setelah dilirik-lirik lagi, bisa keliatan kalo selalu ada satu hikmah dari segala sesuatu yang terjadi.  Hanya jika kita mau coba lihat dari perspektif yang berbeda dan berusaha untuk tetap berpikir positif. Saya punya teman yang bisa berpandangan positif dalam menyikapi setiap keadaan yang dia alami, mau lagi susah, mau lagi senang, dia tetap bisa lihat sisi positifnya. Kalo lagi susah, dia tetap bisa optimis dan tidak putus asa karena dia positive thinking; waktu lagi senang, dia juga tetap ada di zona 'sadar' dan ngga lantas terlena sama yang lagi dia dapat. Positive thinking membuat kita bisa jadi pribadi yang bersyukur, namun tetap antisipatif.

Selain itu, kalo dilirik-lirik juga, sebenarnya selalu ada alasan kenapa sesuatu terjadi, jadi sebetulnya ngga ada yang perlu disayangkan atau dikecewakan. Mau itu menyenangkan maupun bikin kesel, I do believe that everything happens for a reason. Kembali lagi, tergantung gimana kita menyikapinya.

Sekarang handphone saya lagi hospitalized di garansi gara-gara connector-nya bermasalah, dan orang garansi bilang kalo pengerjaan perbaikan bisa jadi memakan waktu 30 hari kerja. Begitu tau, langsung bete dalam hati 'Eh buset mbak lama banget?'. Lalu mengeluh dan mengeluh karena sepertinya saya termasuk manusia yang tidak bisa hidup jauh-jauh dari telepon genggam. Tapi kemarin-kemarin ada teman saya yang bikin saya sadar akan 'sisi positif' dari kejadian handphone rusak ini, inti kata-katanya: 'mungkin kamu disuruh fokus UAS dulu...'
Woah! Habis baca tanggapan dia, langsung manggut-manggut sendiri dan ngebatin 'iya juga ya' di dalam hati. Setelah itu, saya jadi lebih sabar deh nungguin si telepon genggam kembali dalam genggaman, tanpa harus mengeluh-mengeluh lagi, karena kenyataannya, mengeluh juga ngga bikin perubahan apa-apa kecuali perubahan raut muka yang jadi lebih asem.

Tadi juga saya habis Ujian Akhir mata kuliah Keuangan Perusahaan II. and I have never feel that I'm good at this subject, nilai mid-term exam juga miris. Tapi ya nekat aja, daripada ciut dan putus asa gara-gara nilai di UTS jelek, lebih baik habis-habisan di UAS jadi setidaknya bisa bantu memperbaiki nilai yang sebelumnya. Gara-gara Mama yang ngga pernah putus asa kasih semangat dan doa untuk anaknya, anaknya jadi ikutan ngga mau kalah. Mungkin alasan dari adanya nilai jelek adalah, supaya kita terpacu untuk jadi lebih baik lagi dan  lebih mempersiapkan diri untuk ujian berikutnya, jadi ga ada nilai jelek berikutnya. Dan ternyata, setelah berusaha semaksimal mungkin, kita bisa merasa puas akan usaha yang udah dikeluarkan.

Jadi masalahnya bukan di takdir, jangan selalu menyalahkan takdir atas semua hal (yang menurut kita) buruk yang kita alami, kasian juga dia disalah-salahin terus. Semua hal terjadi, mau itu tentang kesehatan, cinta, pekerjaan; mau itu sedih atau menyenangkan, Tuhan punya alasan sendiri kenapa itu terjadi. Jika sesekali sesuatu yang terjadi terasa menyedihkan dan mengecewakan, percaya bahwa itu semua ada untuk membantu kita sadar dan bisa menjadi lebih baik lagi dikesempatan selanjutnya. Tanpa adanya masalah, kita toh tidak akan pernah sadar akan potensi serta kekuatan yang ada didalam diri. Dan setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, mau sepahit apapun itu, saya percaya masih ada sisi positif yang bisa dilihat jika kita mau bergerak sedikit dan menengoknya dari perspektif yang berbeda.

Kalau kelas batal padahal udah lari-lari takut terlambat, yah hitung-hitung olahraga, lagi pula mahasiswa mana yang ngga senang kalau kelas dibatalin? Kalau koneksi lambat padahal mau kirim tugas karna deadline tinggal sebentar lagi, mungkin itu peringatan supaya besok-besok tugasnya udah dikumpul jauh-jauh hari sebelum deadline. Kalau laptop nge-hang padahal tugas belum di save, mungkin itu pertanda bahwa sudah saatnya laptop kita diganti sama yang baru (lho?) hahaha.
"Without those small tests, life would be like a smoothly paved, straight, flat road to nowhere safe and comfortable but dull and utterly pointless."
Mengatakan pada diri kita sendiri kalau kita bisa melakukan yang terbaik dan percaya akan kemampuan yang kita miliki saya rasa bisa membantu kita lebih nyaman bahkan di keadaan yang sedang tidak nyaman sekalipun. Create you own life and then go out and live it. *** (Annisa Pratiwi Sudibyo)

No comments: